Kamis, 15 Maret 2012

Tafsir Surat Al-Hijr ayat 99 (Mutiara Jum`at)


قال الله تعالى : وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ اليَقِيْنَ )الحجر : 99)
Artinya :ِ `Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datang kepadamu kematian ` (Q.S al-Hijr ; 15 :99).

Ada dua kewajiban pasti yang diemban manusia hidup di dunia ini; yang pertama adalah sebagai khalifah di muka bumi (Q.s al-Baqarah, 2:30); yang kedua adalah beribadah kepada Allah SWT tanpa menyekutukan-Nya (Q.s al-Bayyinah, 98:5). Namun, kewajiban menyembah kepada Allah SWT bukan hak paten manusia saja, tapi bangsa jin pun mendapat kewajiban yang sama (Q.s adz-Dzariyat, 51:56).
Kata Ibadah terambail dari akar kata `abada, ya`budu, `ibadatan artinya  menyembah, mengabdi, dan menghinakan diri (M. Yunus, 1972:252). Jadi makna ibadah adalah menyembah, mengabdi, dan menghinakan diri kita kepada Allah SWT. Dalam arti yang lain ibadah diartikan `segala sesuatu yang disukai dan dicintai oleh Allah SWT; artinya ketika seseorang melakukan sesuatu, dimana hal tersebut disukai dan dicintai oleh Allah, maka hal tersebut dikategorikan ibadah.
Surat al-Hijr ayat 99 di atas, berisi tentang perintah Allah SWT kepada manusia untuk beribadah. Perintah pada ayat tersebut bukan ingin menggambarkan bahwa Allah sangat ingin disembah oleh manusia, karena tanpa manusia menyembah pun tidak akan mengurangi keagungan, kebesaran , ataupun keTuhanan Allah swt, namun perintah tersebut sebagai tadzkirah atau peringatan kepada manusia untuk selalu sadar siapa jati dirinya. Ibadahnya manusia bukan menjadi satu keuntungan bagi Allah, ataupun tidak beribadahnya manusia bukan satu kerugian bagi Allah; tapi ibadahnya manusia kepada Allah sebagai ciri atau pertanda makhluk yang bersyukur atas segala nikmat yang diturunkan Allah SWT kepadanya.
Allah memerintahkan manusia untuk beribadah selama hayat masih di kandung badan (hidup), lepasnya kewajiban ibadah adalah tatkala maut menjemput manusia. Pada ayat di atas Allah menggambarkan bahwa batasan ibadahnya manusia adalah sampai datangnya sesuatu yang di yakini (al-yaqiin).
Ahli sufi menafsirkan kata al-yaqiin tersebut dengan tingkatan ma`rifat `dekatnya dengan Allah SWT. Dalam ajaran sufi ada 3 tingkatan untuk mencapai ma`rifat kepada Allah SWT. Pertama, tingkatan Takhalli `mengosongkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengan materi keduniawian`, kedua Tajalli `mengisi diri dengan segala hal yang dicintai dan disenangi oleh Allah SWT`, dan ketiga adalah ma`rifat `dekatnya manusia dengan sang khalik`, sehingga saking dekatnya antara khalik dan makhluk, maka manusia sudah terbebas dari kewajiban beribadah kepada-Nya.
Sedangkan jumhur ulama menafsirkan kata al-yaqiin dengan `kematian`. Kenapa Allah mengganti kata al-mautu dengan al-yaqiin? Karena maut atau kematian adalah sesuatu yang pasti datangnya kepada manusia. Walaupun manusia mencoba lari menghindar dari kematian, maka ia tidak akan bisa dihindari, hal ini sebagaimana Firman-Nya :
ö@è% ¨bÎ) |NöqyJø9$# Ï%©!$# šcrÏÿs? çm÷ZÏB ¼çm¯RÎ*sù öNà6É)»n=ãB ( ¢OèO tbrŠtè? 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur Nä3ã¤Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya :” Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan". (Q.s al-Jumu`ah, 62:8).
Inti dari surat al-Hijr ayat 99 adalah memberi peringatan kepada manusia agar jangan sampai pernah lalai bahkan meninggalkan ibadah kepada Allah swt sampai ajal menjemput mereka. Hal ini juga diungkapkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Q.S ali-Imran, 3:102)
Ayat di atas memberi peringatan kepada orang yang beriman untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT sampai ajal menjemput mereka wallahu `alam bish-shawab