Kamis, 01 Desember 2011

Akhlak Terhadap Diri (Mutiara Jum`at)


AKHLAQ TERHADAP DIRI
Oleh : Abu Rabbani
قال الله تعالى : قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاها (9) وَقَدْ خابَ مَنْ دَسَّاها (10)
Artinya : ` Sungguh telah bahagia orang yang mensucikan dirinya; dan sungguh telah celaka orang yang mengotori dirinya` (Q.S asy-Syams, 91:9-10)

Terkadang kita terlupa bahwa, kita mempunyai kewajiban yang harus kita berikan terhadap diri kita sendiri. Kita lupa bahwa telinga, mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan semua anggota tubuh kita mempunyai hak yang harus mereka terima dari kita. Hak anggota tubuh yang harus kita berikan adalah berupa pendayagunaan mereka sesuai dengan fithrah yang Allah tentukan bagi mereka. Mata berhak untuk digunakan demi melihat kebesaran dan keAgungan Allah SWT; mulut berhak untuk selalu melafalkan lafadz-lafadz Allah; begitu juga seluruh anggota tubuh kita berhak untuk mengekspresikan kewajiban mereka yaitu Tunduk dan Patuh akan Kebesaran Allah SWT.
Namun berdasarkan firman Allah SWt surat Asy-Syams (Q.s 91; 9-10) ternyata ada dua sikap manusia dalam memperlakukan dirinya; pertama adalah mereka yang memperlakukan dirinya dengan sikap mahmudah (akhak yang baik), sedang kedua bersikap madzmumah (akhlak yang jelek). Kapan manusia dikategorikan bersikap mahmudah terhadap dirinya sendiri? Dan kapan manusia bersikap madzmumah terhadap dirinya?
Berdasar firman Allah SWT “ sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya “ (Q.s asy-Syams, 91:9) maka berdasar ayat tersebut orang yang berakhlakul mahmudah terhadap dirinya adalah ketika ia mampu membersihkan jiwanya dari kotoran-kotoran. Makna membersihkan kotoran di sini bukan dalam artian sebenarnya, yang dimaksud kotoran disini adalah segala sesuatu yang akan mencemari dan mengotori akidah dan keimanan yang dimiliki oleh seorang muslim. Insya Allah mengenai kotoran  ini akan terbahas pada ayat ke-10 dari surat asy-Syams.
Abu Bakar jabir al-jaziri dalam kitabnya Minhajul Muslim mengungkapkan bahwa ada empat (4) langkah yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk membersihkan dirinya :
1.                  Taubat, tentu ketika seseorang ingin mebersihkan jiwanya langkah pertama yang harus ditempuh adalah memohon ampun dulu kepada Allah SWT dari segala dosa yang telah ia perbuat. Banyak sekali ayat al-Quran yang memerintahkan seseorang untuk bertaubat kepada Allah SWT. Diantaranya tertera dalam surat at-Tahrim ayat 8 :
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? n<Î) «!$# Zpt/öqs? %·nqÝÁ¯R 4Ó|¤tã öNä3š/u br& tÏeÿs3ムöNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy öNà6n=Åzôãƒur ;M»¨Zy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# tPöqtƒ Ÿw Ìøƒä ª!$# ¢ÓÉ<¨Z9$# z`ƒÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB ( öNèdâqçR 4Ótëó¡o šú÷üt/ öNÍkÉ÷ƒr& öNÍkÈ]»yJ÷ƒr'Î/ur tbqä9qà)tƒ !$uZ­/u öNÏJø?r& $uZs9 $tRuqçR öÏÿøî$#ur !$uZs9 ( y7¨RÎ) 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÑÈ
Artinya :’ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S at Tahrim, 66:8)
2.                  al-Muroqobah, ketika seorang muslim sudah melaksanakan taubat maka langkah selanjutnya adalah mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena bagi seorang muslim kedekatan diri dengan Allah merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Ketika seseorang telah dekat dengan Allah maka ia semakin dekat dengan Ridla-Nya. Kedekatan kepada Allah bisa tercermin dari seberapa jauhnya ia bisa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika seorang hamba telah merasa dekat dengan Rabbnya maka niscaya akan melahirkan rasa cinta dalam dirinya, hal ini tergambar dalam Firman Allah SWT :
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ
Artinya :” Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Ali-Imran, 3:31)


3.                  al-Muhasabah (introspeksi diri) untu mengetahui jauh dekatnya diri kita dengan Allah SWT, tentu kiranya kita perlu kontrol terhadap apa yang telah kita lakukan. Maka Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu bermuhasabah diri sebelum nanti dihisab oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
ù&tø%$# y7t6»tGÏ. 4s"x. y7Å¡øÿuZÎ/ tPöquø9$# y7øn=tã $Y7ŠÅ¡ym ÇÊÍÈ
Artinya :”Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu". (Q.S al-Israa, 17:14)
 Sahabat Umar bin Khatab pernah berkata “ Hisablah diri kalian sebelum nanti dihisab oleh Allah SWT”.
4.                  al-Mujahadah (bersungguh-sungguh) ketika kontrol  diri telah berjalan, maka sikap terakhir yang harus dimiiki oleh seorang muslim adalah bersungguh-sungguh untuk mencapai keridlaan Allah SWT. Ketika ia menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam beramal shalih maka tentu ia akan bersegera untuk menggapai Ridha Allah SWT. 
Sikap yang kedua adalah sikap Madzmumah (akhlak jelek) berdasakan firman Allah SWT Q.s asy-Syams (91:10) “dan sungguh celaka oang yang mengotori jiwanya”. Kotornya jiwa seseoang adalah tatkala ia mencampurkan ketauhidan dengan kemusyikan, sunnah dengan bid`ah, ikhlas dengan riya, serta keimanan dengan kedzaliman. Ada beberapa penyakit jiwa yang sangat berperan dalam mengotori jiwa seseorang.
1)                  Musyrik, ini adalah dosa yang paling berperan dalam mengotori jiwa seseorang, bahkan Allah mengancam tidak akan mengampuni bila seseorang berbuat kemusyikan, sebagaimana Firman-Nya :
¨bÎ) ©!$# Ÿw ãÏÿøótƒ br& x8uŽô³ç ¾ÏmÎ/ ãÏÿøótƒur $tB tbrߊ y7Ï9ºsŒ `yJÏ9 âä!$t±o 4 `tBur õ8ÎŽô³ç «!$$Î/ Ïs)sù #uŽtIøù$# $¸JøOÎ) $¸JŠÏàtã ÇÍÑÈ
Artinya :” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (Q.s an-Nisa, 4: 48).
2)                  Riya, perbuatan ini adalah suatu penyakit yang paling membahayakan bagi keimanan seseoang. Kenapa disebut paling membahayakan, karena sikap ini kadangkala tidak terasa oleh orang yang melakukannya. Rasulullah pernah besabda “ yang paling aku takutkan menimpa umatku adalah adanya Syirik ashghar; para sahabat bertanya apa yang dimaksud dengan syirik ashghar itu, Rasulullah menjawab `Riya` (H.R Imam Ahmad).
3)                  Dzalim, adalah pebuatan yang paling sering dilakukan oleh seseorang. Dzalim secara bahasa adalah `kegelapan` sedangkan makna lebih jauhnya adalah `menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ketika seseorang sudah mengabaikan kewajiban ia untuk menyembah Allah SWT maka ia telah berbuat satu kedzaliman. Ketika seseorang menyalahgunakan fungsi salah satu anggota tubuhnya maka ia juga telah berbuat kedzaliman. Padahal Rasulullah sudah memberi peringatan keras untuk menjauhi sikap dzalim ini “ berhati-hatilah terhadap kedzaliman, Karena itu akan membuat kegelapan-kegelapan di hari kiamat” (H.R Muttafaqun `alaih).
4)                  Hasud, sikap ini juga merupakan satu penyakit yang membahayakan bagi keimanan seseorang, karena dengan sikap ini akan memusnahkan segala amal shalih yang telah dilaksanakan oleh seseorang. Rasulullah juga sangat mewanti-wanti agar seorang muslim bisa menjauhi sikap hasud ini. Sebagaimana sabda beliau :
إِيّاكُمْ والحَسَدَ فإِنَّ الحَسَدَ يَأْكُلُ الحَسَناتِ كَما تَأكُلُ النَّارُ الحَطَبَ
Artinya: Jauhilah oleh kalian sifat hasud, karena sifat hasud itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kau baker` (H.R  Abu Dawud).
Itulah sebagian dari penyakit-penyakit yang akan mengotori jiwa seseorang. Apabila kita terpedaya oleh sikap-sikap di atas niscaya kita akan termasuk kepada orang-orang yang merugi.
Itulah kandungan ayat 9 dan 10 dari surat asy-Syams yang menjelaskan tentang adanya dua sikap manusia dalam memperlakukan dirinya sendiri, wallahu `alam bish-shawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar